Kamis, 30 Agustus 2012

[02] First Friends | Chapter #02 - Is it too late ?

Chapter 01 : click here

First Friends
Chapter 02 – Is it too Late ?
by : Bamz-kun

                Firya, Suzaku, dan Renee tiba dibawah batang pohon Socorta itu, Mereka tampak terkagum-kagum melihat begitu besar-nya pohon itu. Pohon itu tingginya kira-kira 15 meter, batang pohonnya tampak seperti sekumpulan ular besar yang keluar dari dalam tanah saling bergelung dan melilit satu sama lain dan membentuk sebuah pilar raksasa yang tampak kokoh lalu pada puncak pohonnya tumbuh dahan-dahan yang melebar membentuk sebuah bidang seperti sebuah payung raksasa dan pada dahan-dahan yang menghadap ke langit tumbuh ribuan daun-daun berbentuk seperti jarum-jarum berwarna hijau. Sekumpulan dahan-dahan yang melebar seperti payung itu sangat rapat sehingga mampu menghalangi sinar matahari yang terik dan membuat bayangan besar dibawah kaki pohonnya.
                “Ah akhirnya bisa berteduh juga, panasnya matahari ini menyiksa” ujar Renee sambil menepuk nepuk pipinya dengan telapak tangannya.
“Huh panas begini sih ga ada artinya” timpal Suzaku.
“Ehh kamu sih enak digendong terus dari tadi, aku kan juga berlari terus seharian ini”
Suzaku hanya tersenyum “Kamu masih marah yah gara-gara aku goda tadi ya ?” Suzaku mengambil sapu tangan dari kantongnya dan menyeka keringat dari kening dan pipi Renee dengan lembut. Wajah Renee yang semula tampak cemberut perlahan melunak lalu tersipu malu. Mereka saling menatap penuh arti.
“Aduh-aduh kalian ini, tadi bertengkar sekarang sudah mesra begini”. Celetuk Firya.
Suzaku dan Renee hanya terdiam dengan wajah bersemu merah.
“Ayo siapa yang mau memanjat pohon ini untuk melihat keadaan sekitar”. kata Firya lagi sambil menunjuk keatas pohon tersebut.
“Biar aku saja kak yang memanjat” sahut Suzaku.
“Biar Kak Firya dan Renee istirahat dulu karena sudah berlari seharian ini”.
“Baiklah Suzaku kami serahkan padamu, semoga posisi benderanya kelihatan dari atas sana.” Jawab Firya.
“Hati-hati memanjatnya Suzaku-chan”. Timpal Renee.
“Teehee, Tenang serahkan padaku”.
                Suzaku mengambil jarak kira-kira 10 langkah dari akar batang pohon Socorta tersebut. Matanya memandang tajam kearah atas pohon kearah dahan-dahan yang melebar seperti payung itu sambil menimbang-nimbang tinggi pohon dan sedikit siasat untuk memanjat.
“Hmm batang pohon ini tingginya sekitar 15 meter, tidak mungkin sampai keatas hanya dengan satu lompatan, belum lagi kumpulan dahan yang melebar seperti payung itu akan merepotkan jika aku harus melompat lagi menuju tepinya, jarak dari ujung atas batang pohon ke tepi dahan paling tidak ada sekitar 8 meter.” membenak Suzaku.
“Satu-satunya cara tercepat adalah menembus sekumpulan dahan itu agar sampai kepermukaan teratas”.
Lalu Suzaku mengambil ancang-ancang sambil mulutnya mengumankan kata-kata yang terdengar seperti bisikan.
"The truth will always win, because I’am the Truth.
Punishment will destroy my enemies, because I’am the Punishment
in the name of the Judge Ellhaym, I will destroy all sinners
Then come to me all the Punisher sword into this world"
 Setelah kata-kata itu selesai diucapkan tiba-tiba dari kedua belah tangannya muncul sinar yang menyilaukan dan membentuk sebuah magic circle dan dari magic circle tersebut keluar sebuah benda, sebuah pedang panjang berwarna keemasan muncul dari kedua belah tangan Suzaku. Kedua pedang itu tampak sama dan dipenuhi dengan ukiran-ukiran yang indah, pedang-pedang itu tampak berat namun Suzaku terlihat begitu enteng mengenggam kedua pedang tersebut.
Secepat kilat yang menyambar, Suzaku melempar pedang yang ada ditangan kiri-nya kearah pertengahan batang pohon Socorta tersebut. Pedang itu menancap pada batang pohon tersebut lalu dengan lincahnya seperti seekor burung walet Suzaku melompat keatas, rok panjangnya berkibar-kibar dan meninggalkan debu pasir dibawahnya. Suzaku mengunakan pedang yang menancap di batang pohon sebagai pijakan untuk melakukan lompatan kedua. Pada lompatan kedua tubuh Suzaku meliuk-liuk dan gerakannya berubah menjadi putaran yang sangat cepat. Pedang ditangan kanan diacungkan keatas sehingga kini Suzaku tampak seperti sebuah bor raksasa yang melesat dengan kecepatan luar biasa. BRAAAKKKKK!!! BRAAAKKK!! Suara keras memecah kesunyian, suara dahan-dahan pohon yang patah dan tertembus oleh pedang Suzaku. Hanya sekejap saja sekumpulan dahan itu tertembus oleh Suzaku dan meninggalkan lubang besar berdiameter sekitar 2 meter dan cahaya matahari dapat merembes melalui lubang tersebut. Kini pohon Socorta tersebut tampak seperti payung bocor.
                Suzaku berdiri dengan mantap diatas permukaan teratas, angin pada ketinggian ini lumayan kencang, rambut panjang Suzaku berkibar-kibar ditiup angin. Tangannya mencoba menghalangi angin sehingga poninya tidak menganggu pandangan matanya dan juga menghalangi sinar matahari yang cukup terik yang menyilaukan. Suzaku menatap hamparan pasir yang luas tersebut, benar sekali dengan ketinggian seperti ini Suzaku dapat melihat dengan leluasa keadaan sekitar gurun tersebut. Matanya mencari dengan teliti ke seluruh penjuru untuk menemukan benda yang mereka cari. Mata Suzaku berhenti pada sebuah objek kecil di kejauhan, objek itu memantulkan cahaya matahari dan menimbulkan kilatan cahaya.
“Ketemu !!!”
Senyum senang muncul dibibir Suzaku. Benda dikejauhan itu adalah sebuah bendera yang diikatkan pada sebuah tiang besi yang tertancap diatas sebuah gundukan pasir, tiang besi inilah yang memantulkan cahaya matahari sehingga kilatan cahayanya bisa terlihat dari jauh dan pada bendera yang berkibar-kibar itu tercetak dengan indah sebuah logo berwarna merah bergambar sebuah lidah api.
“Bagus!!! Tampaknya tim Arlene belum mendapatkan bendera itu, jika sekarang bergegas kesana dipastikan tim kami yang menang”. Guman Suzaku riang.
“Aku harus segera turun dan memberitahukan hal ini pada Kak Firya dan Renee”.
Suzaku bergegas menuju lubang jalan dia masuk tadi untuk turun dari sana. Saat melihat kebawah melalui lubang tersebut tiba-tiba mata Suzaku menangkap sebuah benda atau tepatnya sesosok tubuh yang tergeletak disisi lain pohon tersebut membelakangi posisi Firya dan Renee duduk, posisi sosok tubuh itu tidak terlihat dari posisi Firya dan Renee karena terhalangi oleh gundukan pasir.
“Astaga mayat siapa itu” guman Suzaku.
Suzaku melompat turun dan mengunakan pedang yang tertancap pada batang pohon untuk pijakan lompatan keduanya. Suzaku mendarat dengan ringan diatas permukaan pasir.
                “Bagaimana Suzaku-chan, ketemu posisi benderanya ?” Bertanya Renee dengan tidak sabar. Tapi Suzaku tidak menjawab dia malah bergegas menuju gundukan pasir di belakang Firya dan Renee.
 “Coba kalian liat ini !” Kata Suzaku.
Firya dan Renee hanya saling pandang binggung apa yang terjadi.
“Cepat!!! Coba kesini sebentar !!!” sentak Suzaku.
Firya dan Renee walau masih terlihat bingung mereka segera bergegas menghampiri Suzaku.
 “Ada apa Suzaku-chan...?” Firya bertanya.
“Coba kalian lihat ini ?” Tunjuk Suzaku kearah bawah cerukan gundukan pasir tersebut. Alangkah terkejutnya Firya dan Renee melihat apa yang ditunjuk oleh Suzaku. Tepat di cerukan gundukan pasir tersebut tergeletak sesosok tubuh manusia yang tertelungkup, rambutnya berwarna seperti bunga Sakura, mengenakan jaket dan celana pendek berwarna merah, pakaiannya sudah tidak rapi lagi tampak lusuh dan robek dibeberapa tempat dan juga ternoda darah dibeberapa bagian pakaiannya. Tubuhnya juga banyak luka-luka yang tampak sudah mengering. Dipinggangnya terikat dua buah tas yang tergantung pada ikat pinggangnya dan dilehernya terpasang sebuah slayer berwarna hijau yang sangat panjang. Semilir angin yang berhembus menebarkan sedikit bau mesiu yang berasal dari tubuh gadis tersebut.
“Astaga!!!” “Apa dia sudah mati ?” kata Firya
“Biar aku cek kak Firya” sahut Renee.
Renee bergegas menghampiri sosok tubuh itu dengan perlahan Renee membalik tubuh yang tertelungkup itu.
“Ah seorang gadis, kasihan sekali”.
Renee membuka sarung tangan kanan gadis itu dan menggenggam pergelangan tangannya dengan jempol yang menempel pada urat nadi untuk mencari denyut nadi gadis itu.
 “Bagaimana keadaannya Renee-chan” tanya Suzaku.
“Ssttt sebentar aku harus berkosentrasi”.
Renee dengan seksama mencari-cari denyut nadi gadis itu tapi dia tidak merasakan apa-apa.
“Sepertinya sudah terlambat”.

To be contimue....

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More