Kamis, 01 November 2012

[03] First Friends | Chapter #03 - Far Away From Home

Chapter 01 : click here
Chapter 02 : click here

First Friends
Chapter 03 - Far Away From Home
by : Bamz-kun
“Renee-chan coba dengarkan detak jantung pada rongga dadanya, Jika melihat kondisi tubuhnya yang sudah terlihat sangat kelelahan bisa jadi tubuh dan sendi-sendinya sudah kaku sehingga denyut nadi susah ditemukan pada pergelangan tangannya” kata Firya.
“Ah benar juga Kak Firya, aku mengerti!” sahut Renee.
Renee segera membuka sedikit jaket gadis yang tergeletak itu. Ia menempelkan telinganya ke dada kiri gadis tersebut dan berkosentrasi untuk mendengarkan suara detak jantungnya.
“Ah....!” seru Renee, “aku merasakan detak jantungnya tapi lemah.”
Firya dan Suzaku yang dari tadi tampak cemas menunjukan ekpresi sedikit lega.
“Harus segera ku tolong!”

Sembari berkata begitu Renee merentangkan kedua tangannya dengan telapak tangan menghadap ke atas. Kedua matanya tertutup dan mulutnya menggumamkan kata-kata yang tidak terdengar dengan jelas. Walau udara pada siang hari itu terasa sangat panas namun perlahan-lahan muncul hawa sejuk. Hawa sejuk itu berasal dari tubuh Renee dan terkosentrasikan pada kedua telapak tangannya.
Lalu Renee menempelkan kedua telapak tangannya itu ketubuh sang gadis, hawa dingin sekejap merasuki tubuh gadis itu, hawa itu juga dirasakan Firya dan Suzaku yang berdiri di belakang Renee. Beberapa saat Renee menyalurkan tenaga penyembuhnya, wajah pucat gadis itu mulai tampak mulai memerah dan luka-luka ditubuhnya bergenerasi dengan cepat, luka-luka kecil seperti goresan dan lecet sembuh dengan cepat namun luka-luka besar masih tersisa.
“Selesai.”
“Bagaimana keadaan nya Renee-chan ?” tanya Firya dan Suzaku hampir bersamaan.
“Masa kritis nya sudah lewat, kondisi tubuh 20% namun tetap butuh pertolongan lebih lanjut karena sifat healing ku hanya untuk pertolongan pertama” jawab Renee.
“Luka dalam dan pemulihan tubuh memerlukan perawatan lebih intensif. Ia harus segera dibawa ke Rumah Sakit di Ignis Academy. Jika tidak, kondisinya akan semakin memburuk lagi”.
“Baiklah segera kita bawa dia ke Rumah Sakit Ignis Academy” kata Firya.
“Tapi Kak Firya, kita kan sedang ujian lapangan.. Jika kita mengantar dia ke Rumah Sakit dan keluar dari area gurun Bedlens ini kita akan didiskualifikasi dari ujian” sahut Suzaku.
“Baiklah kalau begitu biar aku saja yang mengantar dia, kalian teruskan ujian lapangannya.” ujar Firya, “Posisi bendera sudah ditemukan belum Suzaku-chan?”
“Iya sudah ditemukan kak tapi...”
“Tapi apa Suzaku-chan..?”
“Gurun Bedlens ini berbahaya kak, berpergian sendirian apalagi sambil membawa orang yang tak berdaya begini...” Suzaku tidak menyambung perkataannya.
“Iya kak, sebaiknya kami temani juga. Jika di tengah jalan kakak bertemu sekelompok Thermal Lizard, bisa fatal akibatnya” timpal Renee.
“Renee, Suzaku, dengar...” Firya menepuk pundak Suzaku dan Renee, “Kita sudah dilatih bahwa misi itu nomor satu kan? Walau ini ujian lapangan tapi ini adalah sebuah misi yang harus kita tuntaskan. Kita jangan bertindak gegabah walaupun ada kejadian-kejadian tak terduga seperti ini”
Ia terdiam sejenak, “Justru ini lah inti dari kerja sama tim, misi selesai dan menyelamatkan orang juga” Firya menyunggingkan senyumannya.
“Tapi kak....”
“Kenapa Renee-chan? Masih mengkuatirkan aku?”
Renee menggangguk pelan.
“Kamu lihat cewek yang teluka ini,” tunjuk Firya ke arah gadis yang masih terbaring di atas pasir itu, “dia seorang diri dan sedang terluka parah tapi dia masih hidupkan? Itu artinya dia kuat dan aku ga mau kalah dari dia.”
Mata Firya memercikkan kilau penuh percaya diri yang tinggi. Api yang berada di ujung-ujung rambut Firya tampak berkobar-kobar menyala lebih terang.
“Lagi pula ujian lapangan ini hanya berebut bendera saja, bukan...? Tidak ada pertarungan, jadi dengan jumlah 2 orang, kemungkinan menang masih sangat besar.” kata Firya mengatur strategi.
Renee dan Suzaku tampak setuju dengan ide Firya tersebut.
“Baiklah Kak, kami berdua akan pergi mendapatkan benderanya..” kata Suzaku.
“Oke, keputusan sudah dibuat.” sambil berkata demikian Firya mengangkat tubuh gadis yang pingsan tersebut dan mengendongnya di punggungnya.
“Sukses yah Suzaku-chan, Renee-chan, jangan kalah dengan Tim Arlene.”
“Iya kak, kami akan berusaha sebaik mungkin!” jawab Renee.
Setelah berkata demikian, Renee dan Suzaku memisahkan diri dan pergi menuju ke arah selatan, sementara Firya pergi mengambil arah ke timur laut.
Firya berlari dengan kecepatan tinggi di atas hamparan pasir panas gurun Bedlens tersebut. Postur tubuh gadis yang digendongnya tersebut memang  lebih besar dari postur tubuh Suzaku yang di gendongnya sebelumnya, namun sepertinya itu tidak menjadi kendala, kecepatan lari Firya masih tetap luar biasa.
Walau dalam keadaan tidak berdaya, kesadaran gadis yang digendong ini sudah sedikit pulih. Ia bisa mendengar dan merasakan keadaan di sekitarnya walau masih samar-samar.
I...ini dimana?
Siapa yang mengendong aku ini?
Samar-samar Elano dapat melihat kibaran rambut merah Firya yang mengenai wajahnya.
Orang ini...pelukannya hangat, bentuk tubuhnya seperti.....seperti Ibuku. Tapi tidak mungkin! Ibuku sudah gugur di medan perang beberapa hari yang lalu.
Sepertinya tadi juga aku mendengar suara dua orang gadis lain, mungkin mereka berpisah dan wanita yang mengendong aku ini berusaha menolong aku. Seandainya mereka tentara Sin, mungkin aku sudah dihabisi sedari tadi.
Elano dalam keadaan setengah sadarnya berusaha menebak-nebak apa yang terjadi dengan dirinya.
Aku tidak menyangka ditengah gurun luas begini masih ada orang yang lewat...atau aku memang seberuntung itu? ...Aku pikir aku bakal mati tadi.
Dan juga gurun apa ini...
Aku belum pernah melihat bentuk pohon aneh yang berbentuk seperti payung raksasa itu.
Waktu itu keadaan di Kerajaan Corvus benar-benar kacau dan Ibuku mengunakan Talisman of The Wind untuk memindahkanku keluar dari Ibukota Corvus. Tapi ini dimana...
Tempat ini benar-benar asing. Seluruh pelosok Benua Havalla sudah pernah aku jelajahi dan pelajari dan aku yakin sekali belum pernah aku melihat bentuk pohon seperti yang tumbuh di gurun ini.
Atau jangan-jangan....
Elano kembali teringat ucapan terakhir Ibunya
‘Ela-chan, Jaga baik-baik Key of Harfango ini, jangan sampai Kerajaan Sin memilikinya, Terlalu berbahaya jika mereka menguasai Corvus Ballista.’
Aku ingat tentang Corvus Ballista. Dulu guru weaponology-ku pernah menyebutnya sekali, senjata itu.....senjata pemusnah massal. Sangat berbahaya bila digunakan orang yang salah.
Katanya senjata itu buatan Dewa sendiri, Hadiah yang jatuh dari langit. Jadi Ibu mempercayakan Kunci Senjata yang berbahaya itu...untuk ku? Seorang gadis berumur 19 tahun? Rasanya terlalu beresiko untuk dipercayakan padaku walau aku anaknya sendiri.
Kecuali...
Ah...mungkin hanya itu penjelasannya, tempat asing ini. Pohon aneh yang belum pernah aku lihat sebelumnya, kunci senjata pemusnah massal yang dipercayakan pada gadis kecil ini.
Waktu itu Ibu bukan mengunakan Talisman of The Wind untuk memindahkan aku keluar dari Kota Corvus tapi dia mengunakan....
Ah!
Talisman of The Light untuk memindahkan aku ke parallel universe yang lain.
Aku benar-benar jauh dari rumah sekarang.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More