Kamis, 01 November 2012

[03] Oneshot Fanfiction | Fairy Dragon Quest

Fairy Dragon Quest
Chapter 01 - Literature Observe
by : Bamz-Kun


Hoaammm ngantuknya, kelas ini membosankan, semua yang dijelaskan Professor ini sudah aku pahami sebelumnya.
Tapi memang bukan styleku deh duduk di dalam kelas belajar teori begini, aku lebih tertarik duduk berlama-lama di perpustakaan, belajar apapun yang aku mau dan bebas memilih mata pelajaran yang aku inginkan. History, Quantumath, Weaponsmith, Mechprogramming, Equilibrium Physic, Alchemistry dan masih banyak lagi.
Ah belum lagi setelah kelas ini ada kelas mata pelajaran Magicology I, aku paling lemah soalnya magic. Mending bolos aja ah.
Elano berpikir bagaimana cara untuk bisa keluar kelas tanpa diketahui professor tua yang sedang sibuk menulis rumus-rumus Quantumath di papan tulis sambil berbicara membelakangi murid-muridnya. Murid-murid di kelas itu memang tampak tenang namun jelas terlihat di antara mereka ada ekspresi bosan terlukis pada wajah mereka.
Ah mungkin ini saat yang tepat untuk mengetes alat ciptaanku itu. Senyum nakal muncul diwajah Elano.
Elano kemudian meraba lehernya, di balik syal panjang yang selalu dikenakannya melingkar sebuah choker berwarna perak. Jari Elano menekan tombol yang ada di tengah choker tersebut. Dan tanpa mengeluarkan suara, dari balik choker itu muncul semacam membran tipis yang kasat mata dan secara perlahan menutupi seluruh permukaan tubuh Elano bahkan pakaiannya.

Fufufu Nano Technologi is really awesome.
Setelah seluruh permukaan tubuhnya dilapisi membran itu. Perlahan-lahan tubuh Elano mulai menghilang, teman-teman Elano di bangku kiri dan kanannya tidak menyadari hal tersebut.
 Hihi untung tempat duduk ku paling belakang jadi trik ini mudah dilakukan. Aku harus bergegas keluar dari kelas ini karena membran ini hanya dapat bertahan 8 detik. Lalu dengan gesit Elano menyelinap keluar tanpa diketahui teman-temannya dan Professor Tua yang sedang mengajar itu.
Mudah sekali! cengenges Elano saat ia sudah berada di koridor luar kelasnya. Membran itu sudah menghilang dan dengan santainya Elano melenggang pergi. Saatnya belajar yang benar~ kata Elano dalam hati, lalu berjalan dengan santai menuju perpustakaan Ignis Academy.
Perpustakaan Ignis berada di tengah-tengah kompleks akademi tersebut. Bangunan perpustakaan itu sangat besar dan terdiri dari beberapa lantai. Tiap lantai menyimpan buku sesuai dengan level-nya, semakin tinggi lantainya maka semakin tinggi juga level atau kualitas buku tersebut, misalnya pada lantai dasar disimpan buku-buku Weaponsmith I dan pada lantai II tersimpan buku Weaponsmith II dan seterusnya. Tidak diketahui berapa jumlah lantai bangunan tersebut karena hak akses dibatasi untuk pengunaannya. Siswa dengan level Newbie hanya boleh membaca buku di lantai dasar, sedangkan siswa dengan level Rookie boleh membaca buku-buku di lantai 2.
Elano sudah sering keluar-masuk bangunan perpustakaan ini tetapi tetap saja ia terkagum-kagum dengan gaya arsitektur bangunan perpustakaan tersebut.
Ah ini baru namanya ruang kelas, besar dan megah. Juga kemungkinan semua pengetahuan manusia dari seluruh Naltervil terkumpul disini, aku dengan bebas memilih dan belajar yang aku ingini, bukan di ruang kelas sempit dengan mendengar ceramah guru yang membosankan.
Elano masuk ke dalam perpustakaan besar itu. Hanya terlihat beberapa siswa yang berada di sana karena sebenarnya saat ini masih jam pelajaran. Elano melangkahkan kaki menuju tangga untuk naik ke lantai 2. Ia menunjukan badge Rookie-nya kepada 2 penjaga di dekat tangga yang langsung memeriksa lalu mengijinkan Elano naik ke lantai selanjutnya. Lantai 2 terlihat lengang, tidak terlihat satu pun siswa, kecuali beberapa pustakawan yang sedang menyusun buku pada rak-rak yang tinggi dan besar itu.
Hmm saatnya menyelinap ke lantai 3 guman Elano.
Dengan alat yang sama saat menyelinap keluar kelas tadi, Elano dengan mudahnya masuk tanpa disadari para penjaga dilantai 3.
Ruangan lantai 3 hampir terlihat sama dengan ruangan lantai-lantai di bawahnya, hanya saja ruangan ini terlihat sangat sepi, tidak ada siswa dan bahkan tidak ada pustakawan. Memang ruangan ini masih belum dibuka karena belum ada siswa yang memliki level High Rank.
Apa yang akan kubaca hari ini yah? gumam Elano. Oh iya satu jam lagi pelajaran akan selesai, aku ada janji dengan Kak Firya untuk pergi ke Ranch-nya Pak Simon, jadi mungkin aku membaca yang ringan-ringan saja semacam Dragonology.
Elano berjalan menuju sekumpulan rak besar di sebelah kiri ruangan. Di depannya ada sebuah papan petunjuk yang diletakan dengan sebuah kaki besi untuk penyangganya, bertuliskan ‘Dragonology III’.
Hmmm, aku baru membaca seperempat buku tentang Fairy Dragon. Akan ku teruskan membaca buku itu saja. Elano mendorong dengan hati-hati sebuah tangga menuju rak buku yang ia inginkan. Tangga tersebut memiliki roda dan rel sehingga mudah untuk digeser untuk naik mencapai rak buku yang paling tinggi. Rak buku itu tingginya 6 meter. Elano berhenti pada rak buku yang memiliki plakat terpatri dengan judul Dragon Type. Ia naik tangga untuk mencari buku yang diinginkannya.
Buku tentang Fairy Dragon berada di rak paling atas dan Elano sudah berada di ujung tangga paling atas. Matanya dengan teliti mencari buku bertuliskan Fairy Dragon, tetapi sebelum ia menemukan buku itu Elano dikagetkan oleh suara yang berasal dari bawah.
Hey ! Nice view !”.
Sial aku ketahuan Penjaga! umpat Elano, tetapi saat ia menoleh ke bawah kekhawatirannya hilang dalam sekejap, berubah menjadi rasa senang.
“Ah sialan kamu Prisa, buat kaget saja!” Elano memasang wajah cemberut yang dibuat-buat ke arah Prisa.
Gadis yang di bawah itu hanya tersenyum manis. Dilihat dari pakaiannya ia juga seorang siswi dari Ignis Academy.
“Kamu itu masih newbie, ga boleh masuk ke lantai 3 ini!” ujar Elano sambil mengambil sebuah buku dari rak yang bertuliskan Fairy Dragon.
“Hehe kamu juga baru Rookie khan, Newbie dan Rookie dilarang masuk ke lantai 3 ini..” jawab Prisa.
“Apa yang kamu lakukan di sini Prisa-chan?”
“Ah, iseng kok. Tadi aku melihat kamu menyelinap dari ruang kelas jadi aku ikut menyelinap juga karena penasaran dengan apa yang akan kamu lakukan.”
“Belajar di kelas membosankan!” kata Elano sambil membuka halaman buku yang dia ambil tadi dan membacanya sambil masih berada di atas tangga.
“Haha Ela-chan banget,” kata Prisa, “ano, Ela-chan...”
“Iya, ada apa?”
“Panties warna hitam itu terlihat seksi loh,”
“APAAAA?!!! Jadi maksud kamu ‘nice view’ tadi itu kamu ngintipin aku dari tadi ya?!!” Elano kaget.
“Iyaahh~ dari bawah sini terlihat dengan sangat jelas lho..” Prisa tersipu-sipu.
“Ah dasar kamu itu, bukannya sudah sering lihat?” Elano turun dari tangga lalu mencubit pipi Prisa dengan lembut.
“Hahaha, buku apa yang kamu baca Ela-chan..?”
Elano memperlihatkan sampul buku itu kepada Prisa.
“Ah Fairy Dragon, kamu masih berusaha untuk mencari mereka ya?”
Elano mengangguk sambil terus membaca.
“Menemukan mereka itu hampir mustahil loh, rumornya yang tahu dimana dan kapan telur-telur Fairy Dragon menetas hanya para Peri Hutan. Dan menemukan Peri Hutan itu jauh lebih susah dari pada mencari Fairy Dragon-nya sendiri,” sambung Prisa.
“Kenapa gak mencari Dragon tipe Assault saja yang lebih mudah ditemukan..?” katanya lagi.
“Aku punya alasan sendiri sih,” sahut Elano,  Fairy Dragon adalah mahluk mistis yang penuh dengan energi magic. Aku tidak berbakat soal magic bahkan pelajaran tentang magic di kelas dan di perpustakaan ini pun susah buat masuk ke otakku”.
Elano membalik lembaran pada buku yang dipegangnya.
“Hm.. aku berpikir dengan memiliki Fairy Dragon, aku bisa menguasai magic dengan lebih instan”.
“Haha, Ela-chan cuma tertarik sama senjata, alchemist, dan enginering sih.. Kepintaranmu digunakan untuk hal-hal berbau teknologi seperti itu,” kata Prisa sambil menyentuh lembut pundak Elano, “tapi bagaimanapun susahnya mendapatkan Fairy Dragon aku akan selalu mendukung mu” ujarnya sambil tersenyum manis.
“Terima kasih yah Prisa-chan.” jawab Elano dengan cool sambil terus membaca buku yang dipegangnya.
“Iiihhh kok sok cool begituh! Tersipu malu dong, biar manis~” kata Prisa sambil berusaha mencubit kedua pipi Elano dengan kedua tangannya.
Saat Prisa mendekat tanpa sengaja kakinya tersandung rel tangga rak buku dan terjengkang ke arah Elano. Keduanya jatuh di atas lantai dengan posisi Prisa menindih Elano.
“Hmm... kamu sengaja mau menggodaku ya Prisa-chan...?” Elano mengerling nakal. Buku Fairy Dragon terjatuh di samping mereka.
“Ahahaha tadi itu ga sengaja kok, tapi begini juga asik..” Prisa memeluk tubuh Elano dan wajah mereka hampir tak berjarak lagi. Elano bisa merasakan hembusan napas hangat Prisa di wajahnya dan begitupun sebaliknya. Untuk beberapa saat mereka menikmati keadaan tersebut.
“Ayo bangun Prisa-chan, ini saatnya aku belajar loh”
“Ah maap Ela-chan...” lalu Prisa bangun dengan perlahan.
Prisa membantu Elano berdiri. Keduanya merapikan pakaian seragam mereka yang sedikit awut-awutan.
“Aku belajar dulu yah.” kata Elano
“Iyaah semoga sukses yah sama Fairy Dragonnya!” Prisa mengacungkan tanda V ke arah Elano dengan jarinya.
“Eh nanti makan siang bareng yuk ditempat biasa...” ujar Elano.
“Makan siang sambil nyantai di padang rumput belakang sekolah yah? Ayo ayo setuju sekali!” wajah Prisa tampak berseri-seri.
“Tapi tunggu sebentar yah aku mungkin telat sedikit, kamu duluan aja ke sana, Prisa-chan. Aku sama kak Firya mau ke Ranch-nya Pak Simon setelah ini.”
“Sama Kak Firya..?” wajah Prisa tampak curiga.
“Hus jangan berpikir yang ngga-ngga ya.”
“Hehe ga kok~” ujar Prisa, “bye-bye Ela-chan!”
Elano melambaikan tangannya pada Prisa sambil memandang tubuh gadis itu berjalan dan perlahan menghilang di balik rak-rak buku yang besar itu.
Sebenarnya dari tadi Elano menahan detak jantungnya yang kencang.
“Huff untung Prisa sudah pergi. Kalau tidak....” wajah Elano tersipu merah membayangkan kejadian barusan.
“Ah jangan berpikir yang iya iya deh. Saatnya kosentrasi pada buku ini, waktuku cuma satu jam.” Elano melangkah ke meja besar yang terletak di tengah ruangan perpustakaan itu, menarik kursi dan menghidupkan lampu baca yang terdapat di meja itu. Ia duduk dan dalam sekejap kembali tenggelam dalam bacaannya.
[End]

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More