Fairy Dragon Quest
Chapter 01 - Literature Observe
by : Bamz-Kun
Hoaammm
ngantuknya, kelas ini membosankan, semua yang dijelaskan Professor ini sudah
aku pahami sebelumnya.
Tapi memang
bukan styleku deh duduk di dalam kelas belajar teori begini, aku lebih tertarik
duduk berlama-lama di perpustakaan, belajar apapun yang aku mau dan bebas
memilih mata pelajaran yang aku inginkan. History, Quantumath, Weaponsmith,
Mechprogramming, Equilibrium Physic, Alchemistry dan masih banyak lagi.
Ah belum lagi
setelah kelas ini ada kelas mata pelajaran Magicology I, aku paling lemah soalnya
magic. Mending bolos aja ah.
Elano berpikir
bagaimana cara untuk bisa keluar kelas tanpa diketahui professor tua yang
sedang sibuk menulis rumus-rumus Quantumath di papan tulis sambil berbicara
membelakangi murid-muridnya. Murid-murid di kelas itu memang tampak tenang
namun jelas terlihat di antara mereka ada ekspresi bosan terlukis pada wajah mereka.
Ah mungkin ini
saat yang tepat untuk mengetes alat ciptaanku itu. Senyum nakal muncul diwajah
Elano.
Elano kemudian
meraba lehernya, di balik syal panjang yang selalu dikenakannya melingkar
sebuah choker berwarna perak. Jari Elano menekan tombol yang ada di tengah
choker tersebut. Dan tanpa mengeluarkan suara, dari balik choker itu muncul
semacam membran tipis yang kasat mata dan secara perlahan menutupi seluruh
permukaan tubuh Elano bahkan pakaiannya.
Setelah seluruh
permukaan tubuhnya dilapisi membran itu. Perlahan-lahan tubuh Elano mulai
menghilang, teman-teman Elano di bangku kiri dan kanannya tidak menyadari hal
tersebut.
Hihi
untung tempat duduk ku paling belakang jadi trik ini mudah dilakukan. Aku harus
bergegas keluar dari kelas ini karena membran ini hanya dapat bertahan 8 detik. Lalu dengan gesit Elano menyelinap
keluar tanpa diketahui teman-temannya dan Professor Tua yang sedang mengajar
itu.
Mudah sekali! cengenges Elano saat ia sudah berada di koridor
luar kelasnya. Membran itu sudah menghilang dan dengan santainya Elano
melenggang pergi. Saatnya
belajar yang benar~ kata
Elano dalam hati, lalu berjalan dengan santai menuju perpustakaan Ignis Academy.
Perpustakaan
Ignis berada di tengah-tengah kompleks akademi tersebut. Bangunan perpustakaan
itu sangat besar dan terdiri dari beberapa lantai. Tiap lantai menyimpan buku
sesuai dengan level-nya,
semakin tinggi lantainya maka semakin tinggi juga level atau kualitas buku tersebut, misalnya
pada lantai dasar disimpan buku-buku Weaponsmith
I dan pada lantai II
tersimpan buku Weaponsmith II dan seterusnya. Tidak diketahui berapa
jumlah lantai bangunan tersebut karena hak akses dibatasi untuk pengunaannya.
Siswa dengan level Newbie hanya boleh membaca buku di lantai
dasar, sedangkan siswa dengan level
Rookie boleh membaca
buku-buku di lantai 2.
Elano sudah
sering keluar-masuk bangunan perpustakaan ini tetapi tetap saja ia terkagum-kagum
dengan gaya arsitektur bangunan perpustakaan tersebut.
Ah ini baru
namanya ruang kelas, besar dan megah. Juga kemungkinan semua pengetahuan
manusia dari seluruh Naltervil terkumpul disini, aku dengan bebas memilih dan
belajar yang aku ingini, bukan di ruang kelas sempit dengan mendengar ceramah guru
yang membosankan.
Elano masuk ke dalam
perpustakaan besar itu. Hanya terlihat beberapa siswa yang berada di sana
karena sebenarnya saat ini masih jam pelajaran. Elano melangkahkan kaki menuju
tangga untuk naik ke lantai 2. Ia menunjukan badge Rookie-nya kepada 2 penjaga
di dekat tangga yang langsung memeriksa lalu mengijinkan Elano naik ke lantai
selanjutnya. Lantai 2 terlihat lengang, tidak terlihat satu pun siswa, kecuali
beberapa pustakawan yang sedang menyusun buku pada rak-rak yang tinggi dan
besar itu.
Hmm saatnya
menyelinap ke lantai 3 guman Elano.
Dengan alat yang
sama saat menyelinap keluar kelas tadi, Elano dengan mudahnya masuk tanpa
disadari para penjaga dilantai 3.
Ruangan lantai 3
hampir terlihat sama dengan ruangan lantai-lantai di bawahnya, hanya saja
ruangan ini terlihat sangat sepi, tidak ada siswa dan bahkan tidak ada
pustakawan. Memang ruangan ini masih belum dibuka karena belum ada siswa yang
memliki level High Rank.
Apa yang akan
kubaca hari ini yah? gumam Elano. Oh iya satu jam lagi pelajaran akan
selesai, aku ada janji dengan Kak Firya untuk pergi ke Ranch-nya Pak Simon,
jadi mungkin aku membaca yang ringan-ringan saja semacam Dragonology.
Elano berjalan
menuju sekumpulan rak besar di sebelah kiri ruangan. Di depannya ada sebuah
papan petunjuk yang diletakan dengan sebuah kaki besi untuk penyangganya,
bertuliskan ‘Dragonology III’.
Hmmm, aku baru
membaca seperempat buku tentang Fairy Dragon. Akan ku teruskan membaca buku itu
saja. Elano mendorong dengan hati-hati sebuah tangga menuju rak buku
yang ia inginkan. Tangga tersebut memiliki roda dan rel sehingga mudah untuk
digeser untuk naik mencapai rak buku yang paling tinggi. Rak buku itu tingginya
6 meter. Elano berhenti pada rak buku yang memiliki plakat terpatri dengan
judul Dragon Type. Ia naik
tangga untuk mencari buku yang diinginkannya.
Buku tentang Fairy Dragon berada di rak paling atas dan Elano
sudah berada di ujung tangga paling atas. Matanya dengan teliti mencari buku
bertuliskan Fairy Dragon, tetapi sebelum ia menemukan buku itu
Elano dikagetkan oleh suara yang berasal dari bawah.
“Hey ! Nice
view !”.
Sial aku
ketahuan Penjaga! umpat Elano, tetapi saat ia menoleh ke bawah kekhawatirannya
hilang dalam sekejap, berubah menjadi rasa senang.
“Ah sialan kamu
Prisa, buat kaget saja!” Elano memasang wajah cemberut yang dibuat-buat ke arah
Prisa.
Gadis yang di bawah
itu hanya tersenyum manis. Dilihat dari pakaiannya ia juga seorang siswi dari Ignis Academy.
“Kamu itu masih
newbie, ga boleh masuk ke lantai 3 ini!” ujar Elano sambil mengambil sebuah
buku dari rak yang bertuliskan Fairy
Dragon.
“Hehe kamu juga
baru Rookie khan, Newbie dan Rookie dilarang masuk ke lantai 3 ini..” jawab
Prisa.
“Apa yang kamu
lakukan di sini Prisa-chan?”
“Ah, iseng kok.
Tadi aku melihat kamu menyelinap dari ruang kelas jadi aku ikut menyelinap juga
karena penasaran dengan apa yang akan kamu lakukan.”
“Belajar di kelas
membosankan!” kata Elano sambil membuka halaman buku yang dia ambil tadi dan
membacanya sambil masih berada di atas tangga.
“Haha Ela-chan
banget,” kata Prisa, “ano, Ela-chan...”
“Iya, ada apa?”
“Panties warna
hitam itu terlihat seksi loh,”
“APAAAA?!!! Jadi
maksud kamu ‘nice view’ tadi itu kamu ngintipin aku dari tadi
ya?!!” Elano kaget.
“Iyaahh~ dari
bawah sini terlihat dengan sangat jelas lho..” Prisa tersipu-sipu.
“Ah dasar kamu
itu, bukannya sudah sering lihat?” Elano turun dari tangga lalu mencubit pipi
Prisa dengan lembut.
“Hahaha, buku
apa yang kamu baca Ela-chan..?”
Elano
memperlihatkan sampul buku itu kepada Prisa.
“Ah Fairy Dragon, kamu masih
berusaha untuk mencari mereka ya?”
Elano mengangguk
sambil terus membaca.
“Menemukan
mereka itu hampir mustahil loh, rumornya yang tahu dimana dan kapan telur-telur Fairy Dragon menetas hanya para Peri Hutan. Dan
menemukan Peri Hutan itu jauh lebih susah dari pada mencari Fairy Dragon-nya sendiri,”
sambung Prisa.
“Kenapa gak
mencari Dragon tipe Assault saja yang lebih mudah ditemukan..?”
katanya lagi.
“Aku punya
alasan sendiri sih,” sahut Elano, “Fairy
Dragon adalah mahluk mistis
yang penuh dengan energi magic.
Aku tidak berbakat soal magic bahkan pelajaran tentang magic di kelas dan di perpustakaan ini pun
susah buat masuk ke otakku”.
Elano membalik
lembaran pada buku yang dipegangnya.
“Hm.. aku
berpikir dengan memiliki Fairy
Dragon, aku bisa menguasai magic dengan lebih instan”.
“Haha, Ela-chan
cuma tertarik sama senjata, alchemist,
dan enginering sih.. Kepintaranmu digunakan untuk
hal-hal berbau teknologi seperti itu,” kata Prisa sambil menyentuh lembut
pundak Elano, “tapi bagaimanapun susahnya mendapatkan Fairy Dragon aku akan selalu mendukung mu” ujarnya
sambil tersenyum manis.
“Terima kasih
yah Prisa-chan.” jawab Elano dengan cool sambil terus membaca buku yang
dipegangnya.
“Iiihhh kok sok
cool begituh! Tersipu malu dong, biar manis~” kata Prisa sambil berusaha
mencubit kedua pipi Elano dengan kedua tangannya.
Saat Prisa
mendekat tanpa sengaja kakinya tersandung rel tangga rak buku dan terjengkang
ke arah Elano. Keduanya jatuh di atas lantai dengan posisi Prisa menindih
Elano.
“Hmm... kamu
sengaja mau menggodaku ya Prisa-chan...?” Elano mengerling nakal. Buku Fairy Dragon terjatuh di samping mereka.
.jpg)
“Ayo bangun
Prisa-chan, ini saatnya aku belajar loh”
“Ah maap
Ela-chan...” lalu Prisa bangun dengan perlahan.
Prisa membantu
Elano berdiri. Keduanya merapikan pakaian seragam mereka yang sedikit
awut-awutan.
“Aku belajar
dulu yah.” kata Elano
“Iyaah semoga sukses
yah sama Fairy Dragonnya!” Prisa mengacungkan tanda V ke arah Elano dengan
jarinya.
“Eh nanti makan
siang bareng yuk ditempat biasa...” ujar Elano.
“Makan siang
sambil nyantai di padang rumput belakang sekolah yah? Ayo ayo setuju sekali!”
wajah Prisa tampak berseri-seri.
“Tapi tunggu
sebentar yah aku mungkin telat sedikit, kamu duluan aja ke sana, Prisa-chan. Aku
sama kak Firya mau ke Ranch-nya Pak Simon setelah ini.”
“Sama Kak
Firya..?” wajah Prisa tampak curiga.
“Hus jangan
berpikir yang ngga-ngga ya.”
“Hehe ga kok~”
ujar Prisa, “bye-bye Ela-chan!”
Elano melambaikan
tangannya pada Prisa sambil memandang tubuh gadis itu berjalan dan perlahan
menghilang di balik rak-rak buku yang besar itu.
Sebenarnya dari
tadi Elano menahan detak jantungnya yang kencang.
“Huff untung
Prisa sudah pergi. Kalau tidak....” wajah Elano tersipu merah membayangkan
kejadian barusan.
“Ah jangan
berpikir yang iya iya deh. Saatnya kosentrasi pada buku ini, waktuku cuma satu
jam.” Elano melangkah ke meja besar yang terletak di tengah ruangan perpustakaan
itu, menarik kursi dan menghidupkan lampu baca yang terdapat di meja itu. Ia
duduk dan dalam sekejap kembali tenggelam dalam bacaannya.
[End]